Kamis, 07 April 2011

GAMBUH SAKRAL BETARA BAGUS PANJI YANG KINI NYARIS PUNAH

07 / 04 / 2011 http://rgsfmradio.blogspot.com

GAMBUH SAKRAL BETARA BAGUS PANJI YANG KINI NYARIS PUNAH

Amlapura - Keberadaan Gambuh Sakral Betara Bagus panji yang disungsung Dadia Pasek Tangkas Kori Agung lan Pasek Gelgel Desa Pakraman Pesedahan,Manggis, Karangasem, kini nyaris punah karena tidak memiliki seniman penerus sejak 3 tahun terakhir. Gambuh sakral tersebut merupakan simbolik kesatria Raden Panji yang distanakan sebagai Ida Betara Bagus Panji, manakala lebih sepuluh tahun tidak mesolah krama setempat meyakini terjadi kebrebehan (malapetaka) dilingkungan krama penyungsung. 
 

Menurut Jro Mangku Pura Dadia setempat Mangku I Komang Suaryana didampingi Jero Mangku Pasek Ketut Swendri dan Kelian Dadia Drs. I Nengah Astika dan I Nengah Abdika, saat melakukan Pemelaspasan Gelung Gambuh (6-4-2011) menyatakan, pemelaspasan perangkat gelung gambuh yang berjumlah 26 unit kini baru berhasil diperbaiki dari kerusakan parah sebanyak 16 unit gelung, yang dibiayai secara swadaya oleh krama setempat dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 11.000.000. Krama Dadia Pasek Tangkas dan Gelgel yang menyatu dalam satu palebahan parhyangan di Pura Dadia Gede Pasek Tangkas Kori Agung dan Pasek Gelgel, nyungsung Betara Bagus Panji dalam bentuk tapel dan gelung yang merupakan satu perangkat tarian gambuh, sudah ada semenjak tahun 1621 tahun Icaka bersamaan dengan riwayat keberadaan desa setempat, yang terbentuk dari perpanjangan tangan pemerintahan Ida Dalem Pasuruan di Puri Gelgel Klungkung sebagai Kerajaan Bali.

Gambuh sakral tersebut pernah berjaya sekitar tahun 1950-an bahkan sempat pestas ke Jawa Timur, dan diberbagai tempat di Bali serta ke Puri-Puri, namun kini semenjak 5 tahun terakhir mengalami krisis seniman dan keberlanjutan sehingga hanya dilakukan pentas seadanya tiap tahun sekali, ketika Piodalan Buda Wage Wara Kulau di Jaba Tengah Pura setempat, sebagai bentuk persembahan kehadapan Ida Betara Bagus Panji yang disungsung di pura setempat. Para seniman yang pernah dilatih yakni seniman alam asal desa setempat sebelumnya, kini sudah banyak yang meninggal dan sudah tua serta prajuru dan krama yang ada sekarang tidak ingat lagi kisah-kisah cerita dan tarian yang pernah dipelajari. Bahkan seperangkat gamelan gambuh yang ada, kini tinggal beberapa jenis saja dan sudah dalam keadaan rusak. Untuk mengembalikan kesenian sakral tersebut, Kelian Dadia Drs. I Nengah Astika mengaku tidak mampu melakukan renovasi untuk pengadaan pakaian gambuh dan seperangkat gamelan sehingga kini hanya tingga tapel dan gelung yang diupacarai setiap piodalan karena dikeramatkan. Untuk itu, Ia mengharap uluran tangan pemerintah dapat kiranya peduli dan membantu agar kesenian gambuh sakral yang ada diselamatkan agar tidak punah dan mengakibatkan tidak bisa pentas dan menimbulkan risiko niskala. Adapun gelungan yang bisa diselamatkan dan direnovasi serta sudah selesai dipelaspas sebanyak 16 unit meliputi Gelung Panji 1 buah, Arya 2 buah, Demung dan Temenggung 2 buah, Pepatih 2 buah, Condong 5 buah, Bayan-Sangit 1 buah, Prabu 1 buah, Mendaru 1 buah dan Rsi 1 buah. Kini untuk menghidupkan kembali gambuh sakral tersebut lengkap dengan perbaikan kembali gelung yang ada, serta pelatihan tariannya tidak kurang membutuhkan dana Rp 30.000.000, yang menanti uluran tangan pemerintah dan unit yang membidangi, mengingat umat krama dadia setempat sudah tidak mampu lagi melakukan pemeliharaan.

Pura Dadia Pasek Tangkas Kori Agung dan Pasek Gelgel disungsung 296 KK krama atau 888 jiwa meliputi tiga mandala yakni nista, madya dan utama manadala memiliki pelinggih Meru Tumpang 5 Pelinggih Betara Kentel Gumi, Meru Tumpang 3 Pelinggih Betara Ratu Pasek, 1 Gaduh Plinggih Betara Ratu Tangkas dan Ratu Gelgel, Pelinggih Penyarikan, Basukian, Anantaboga, Pelinggih Betara Bagus Panji, Taksu dan Ngrurah Agung. Pada tahun 2008 krama juga sudah berhasil membangun Bale Paebat senilai Rp. 130.000.000 diantaranya Rp. 20.000.000 merupakan bantuan Pemkab. Karangasem. Kedepan masih direncanakan pembangunan Bale Piasan untuk Pura Paibon Ida Hyang senilai Rp. 50.000.000 yang direncanakan dibiayai secara swadaya dan mohon bantuan kepada pemerintah. Saat piodalan Budha Wage Kulau (6-4-2011) dilaksanakan prosesi upacara dipuput Ida Pedanda Gede Made Dauh dari Geria Carik Manggis, dilengkapi ilen-ilen rejang Lilit, Pendet, Sramanan dan diakhiri persembahyangan bersama budaya megibung massal.

Tidak ada komentar: