Rabu, 13 Oktober 2010

PRODUKSI SURPLUS KARANGASEM BERUPAYA TURUNKAN TINGKAT KONSUMSI

13 Oktober 2010

KONSUMSI TINGGI, PRODUKSI SURPLUS
KARANGASEM BERUPAYA TURUNKAN TINGKAT KONSUMSI                                                   

Amlapura - Kendati produksi pangan Karangasem masih mengalami surplus namun konsumsi masyarakat masih relatif tinggi, untuk itu Karangasem melalui Kantor Ketahanan Pangan Kab. Karangasem berupaya menurunkan tingkat konsumsi sekitar 1,5 % per tahun.
Menurut Kepala Kantor Ketahanan Pangan Karangasem I Ketut Ardita, S.Sos, MM (13-20-2010) saat berlangsung rapat peringatan hari Pangan di Karangasem, menjelaskan, produksi total pangan Karangasem hingga kini mampu dicapai setara 94.871 ton lebih tinggi dari target 46.855 ton, sehingga mengalami surplus sebesar 54.130 ton   setara beras terdiri dari jenis komoditi beras, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Tingkat konsumsi masyarakat masih relatif tinggi yakni mencapai 118 kg/th jauh diatas rata-rata knsumsi dunia yang hanya 5 kg Kg/tahun.

Kegiatan pembangunan Ketahanan Pangan tahun 2009 dilakukan yang SKPD dilingkup unit terkait seperti Kantor Ketahanan Pangan dengan 4 kegiatan bernilai Rp. 292.268.525, Dinas Pertanian TPH dengan 9 kegiatan dengan dana Rp. 1.408.355.150 dan Dinas Hutbun dengan 8 kegiatan menelan dana sebesar Rp. 690.158.300. Kegiatan ketahanan pangan diwujudkan melalui tiga pilar meliputi Aspek Ketersediaan Pangan, Aspek Distribusi Pangan dan Aspek Konsumsi dan Keamanan Pangan.
Sedangkan hasil yang sudah  dicapai dalam bidang pembangunan ketahanan pangan antara lain bidang ketersediaan pangan, dengan luas areal persawahan relatif sempit yakni 8,42% atau 7.070 Ha, sementara jumlah penduduk tahun 2009 sebanyak  397.079 orang dengan tingkat konsumsi 118 Kg/kapita/tahun, sehingga harus menyediakan beras  untuk masyarakat sebanyak 46.855,32 ton, sedangkan produksi pangan sebanyak 44.253,97 ton sehingga kekuranagan lagi sekitar 2.601,35 ton (2009),  namun jika dihitung setara beras berhasil ditutupi dengan produksi jagung, ubi kayu, ketela dan ubi jalar. Tahun 2010 hingga Juni  produksi pangan Karangasem cukup aman dari produksi 28.3991,23 ton dibutuhkan hanya 23.427,66 ton sehingga surplus 4.971,44 ton ditambah dengan beras penyaluran Raskin  hingga Juni juga mencapai 1.068,23 ton  sehingga total surplus mencapai  6.039,67 ton.
Menyangkut distribusi pangan disebutkan Ardita, dikembangkan secara efisien efektif  menjamin stabilitas dan harga pangan. Berdasar` hasil pemantauan,  distribusi pangan sejauh ini berjalan lancar, ketersediaan tiap rumah tangga relatif aman,  atas peran elembaga Disperindag, Dishub dan Instansi terkait Pkja II Dewan Ketahanan Pangan. Dibidang Konsumsi dan Keamanan Pangan diarahkan melalui percepatan penganekaragaman  konsumsi berbasis pangan lokal dan pengembangan tehnologi pengolahan pangan, melalui kegiatan sosialisasi sudah mencapai 87, 22 % dari target 100%.
Dalam rangka memotivasi kesadaran akan keterbatasan pangan tahun ini peringatan Hari Pangan Sedunia di Propinsi Bali bakal dipusatkan di Karangasem yang akan dibuka Gubernur Bali, diisi kegiatan  pameran, posyandu lansia, berbagai jenis lomba pada lingkup pertanian dsb.
Wakil Bupati Karangasem I Made Sukerana, SH terkait pembangunan ketahanan pangan di Karangasem mengatakan,  berdasarkan UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan diartikan sebagai satu kondisi terwujudnya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunuya,  aman, merata da terjangkau oleh masyarakat.
Pembangunan ketahanan pangan lingkupnya cukup luas digarap secara lintas sektor yang tergabung dalam dewan ketahanan pangan.  Pemeritah pusat menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional. Dalam Inpres no. 1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional tahun 2010 dan RPJM 2010-2014 pembangunan ketahanan pangan ditempatkan pada prioritas ke 5  dan dipantau khusus oleh UKP4.

Beberapa tantangan dan perubahan lingkungan strategis baik global maupun nasional mempengaruhi situasi ketahanan pangan. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan ketahanan pangan yaitu perubahan iklim global yang dapat mengakibatkan gagal panen.
Untuk itu diminta kepada Tim SKPG yang sudah dibentuk agar senantiasa melaksanakan tugas deteksi dini terhadap situasi yang dapat mengakibatkan kerawanan pangan. Permasalahan yang dihadapi yakni rendahnya pengetahuan dan pemahanan masyarakat tentang pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman. Sumber pangan lokal khususya sumber karbohidrat dari umbi-umbian belum dikembangkan secara optimal dan tingkat konsumsi beras pada masyarakat cukup tinggi. Ke depan kemampuan memproduksi beras semakin sulit sehingga komoditi pangan beras menjadi sangat mahal. Oleh karena itu, konferensi dewan ketahanan pangan yang dibuka oleh Pres SBY 24-5-2010 di Jakarta telah memanfaatkan rancangan upaya penurunan konsumsi beras secara nasinal sebesar 1,5% etiap tahun yaitu dengan melaksanakan kegiatan diversifikasi pangan.
Pemerintah  bertanggung jawab menyelenggatrakan pengaturan /pembinaan dan pengendalian serta  pengawasan terhadap ketersediaan pangan, sedangkan masyarakat berperan menyelenggarakan produksi, penyediaan, perdagangan, distribusi dan konsumen. Berdasarkan direktrif  presiden mengenai kebijakan pembangunan ketahanan pangan yang disampaikan pada konferensi dewan ketahanan pangan  maka Badan Ketahanan Pangan telah menyusun rencana strategis pembangunan ketahanan pangan tahun 2010 – 2014 dengan kebijakan, yakni pertama meningkatkan ketersediaan pangan dan penanganan kerawanan pangan yang diarahkan untuk meningkatkan dan menjamin kelangsungan produksi menuju kemandirian pangan menuju swasembada berkelanjutan  pada 5 komoditas yakni padi atau beras diharapkan naik rata-rata 3,22 %/tahun, Jagung naik rata-rata 10,02%/th, Kedelai naik 20%/th, Gula 17,63/th dan daging sapi naik rata-rata 7,3%/th. Strategi yang diterapkan adalah dengan melaksanakan Tujuh Gema Revitalisasi pertanian.
Sedangkan pada tahap kedua dilaksanakan   kebijakan meningkatkan sistim distribusi dan stabilisasi harga pangan  diarahkan pada pengembanagan sistim distribusi pangan yang efektif dan efisiensi untuk menjamin stabilitas pangan  dan harga pangan.
Dilanjutkan pada tahap ketiga yakni  kebijakan meningkatkan pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dan keamanan pangan. Diarahkan pada upaya mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal dan mengembangkan tehnologi pengolahan pangan dengan konsep beragam, bergizi berimbang dab aman . Sasarannya  adalah pemenuhan angka kecukupan gizi melalui peningkatan skor pola pangan harapan (PPH).

Tidak ada komentar: