Kamis, 07 Oktober 2010

DESA TUA SIBETAN MINIATUR PADMA KUNCUP BESAKIH

07 Oktober 2010

DESA TUA SIBETAN MINIATUR PADMA KUNCUP BESAKIH                                                   

Amlapura - Keberadaan desa tua Sibetan memiliki sejarah unik dalam konsep pengider pura-pura kahyangan di Desa Adat yang diwarisi dari trah Kerajaan Sibetan yang dipimpin Raja I Gusti Ngurah Mantu. Kerajaan Sibetan yang mengalami masa jaya ketika itu sekitar Abad ke 11 Masehi, tercatat pernah mengalahkan Kerajan Karangasem dalam pertempuran perang. Riwayat keberadaan kisah sejarah kerajaan Sibetan di masa lalu itulah, mewarnai keberadaan pemerintahan otonomi Desa Adat Sibetan menimbulkan kisah unik yang masih lestari sampai sekarang.

Menurut penuturan Petindih Desa I Komang Kisid (7-10-2010) di Sebetan, salah satu situs kekhasan desa tua Sibetan yang masih secara sakral dipercaya masyarakat adalah keberadan Pura Bangkak di Desa Jungutan. Saat prosesi upacara yang sebelumnya merupakan kesepakatan desa adalah menggunakan sarana Kebo Metanduk Emas dan Mewastra yang diarak menuju lokasi pura dipesaksi Jero Berata diambil dari unsur Penyarikan yang diambil dari unsur dan Bendesa Adat dari unsur Bendesa Mas.
Pura Bangkak sendiri meruipakan bagian palebahan kahyangan desa lainnya sepeerti Pura Gaduh, Pura Segaa, Pura pejabungan, Pura Telaga Tista sebagai Pura Pasuikan didukung 7 Desa Adat, yang juga terkait dengan Pura Kahyangan Jagat Pasar Agung. Dalam pelaksanaan pengaci-acidesa adat didukung leh kelmpk Swaka yang diberi kewenangan membangun Pura Panti, Pura Dalem dan Pura Swaka, yang mendapatkan bukti tanah 11 -12 Ha untuk kewajiban membangun parhyangan dan pemahayu.
Menurut bisama Ki Dukuh Sakti bahwa sebelum sekte Brahmana datang di Sibetan Ki Dukuh Sakti menjadi pengewengku utama pelaksanaan upacara di Sibetan. Saat ini kendati sudah ada sekta brahmana yang muput pengaci-aci namun tetap Jro Dukuh yang kini menjadi Jero Desa harus hadir lebih dahulu dan menjadi pengeruak sebelum muput upakara. Mengingat keturunan Jer Dukuh sudah tidak ada lagi (camput), atas titah Dalem Klungkung harus nuur brahmana ke Geria Sidemen untuk muput upacara dengan tidak mendapatkan daksina, namun memperoleh leluputan kewajiban pepeson.
Keunikan lain di Desa Sibetan adalah adanya prosesi Usaba Kebayan di Pura Penataran yang dilaksanakan setiap pergantian Kebayan, merupakan bentuk upacara pengetesan sosok calon Kebayan melalui prses upacara Medudus di Punapi sekitar 30 menit. Konon jika calonnya tidak direstui penyungsungan secara niskala maka yang bersangkutan tidak tahan dan tidak kuat. Proses upacara Tuun Jero Kebayan diyakini umat sebagai prosesi sakral yang tidak berani ditolak.
Demikian juga adanya prosesi Usaba Daa sebagai wujud upacara tuun medaa bagi wanita yang sudah berusia 17 tahun, yang upacaranya sepenuhnya ditanggung oleh krama yang Mepenauran Sesangi (Sosot) akibat risiko kesakitan atau sebab lain, ada yang Mesesangi naik kuda atau lainnya, yang diisi juga dengan prsesi Murwa-daksina di Pura dan natab bebanten dengan diupesaksi oleh desa. Sedangkan Usabha Goreng / usabha dangsil yang terakhir dilaksanakan sekitar tahun 1982, melambangkan upacara ungkapan rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyyang Widhi Wasa – Tuhan Yang Maha Esa atas karunia kesuburan alam. Dalam pelaksanaan upacara tersebut juga disaksikan 14 Pan Sri yang duduk di Bale Agung sebagai krama pengarep yadnya.
Menegenai pelaksanaan upakara Yadnaya karya Agung di pasar Agung dan 6 palebahan pura kahyangan desa lainnya sudah direncanakan tahun 2004 dengan prgram nangiyang yadnya di pengider pura Penyirang dan Penyatur desa. Selanjutnya tahun 2006 disepakati untuk melaksanakan penangun yadnya penubung daging di pura bangkak yang disusul lagi tahun 2010. Sesuai Purana yang ada, antara konsep Padma mekar Pura –Pura pengider Buana jagat Bali dan knsep Padma kuncup Ida Betara Tedun Kabeh di Besakih setiap Eka Dasa Rudra, keberadaan pura kahyangan di Sibetan merupakan miniatur konsep Padma Kuncup dengan memiliki pura peyirang dan penyatur di Sebetan. Sebagai pusat kerajaan kepemimpinan Raja I Gusti Ngurah Mantu pada saat itu berupaya mengimplementasikan sistim pengider parhyangan tersebut, yang sesungguhnya harus dibangun disemua desa adat. Namun desa-desa adat tidak memiliki kelengkapan prahyangan seperti itu, hanya mampu membangun Tri Kahyangan saja.
Keberadaan Pura Pasar Agung itu sendiri hadapannya dengan Pura pusat Kahyangan Jagat Besakit sesungguhnya ada di empat penjuru yakni pada arah Selatan Pura Pasar Agung di Yeh Kori Bebandem, Arah Barat Pura Pasar Agung di Sebudi Selat, arah Timur Pura Pasar Agung Nangka dan Penginyahan Celagi Tianyar untuk arah utara.
Disampig keunikan dibidang parahyangan Desa Adat Sibetan juga memiliki keunikan dibidang pelapisan sistim ayahan dalam pemerintahan adat. Pada saat pelaksanaan Aci Ceceburan atau Karya maka pelaksanaan kegiatan ayahannya sesuai purana yang ada sudah dibagi dalam lapisan yang unik. Untuk melaksanakan tugas membangun parahyangan dilakukan oleh krama Undagi Dalem, untuk mengerjakan perbaikan Gamelan Gambang dikerjakan oleh krama Tangkas Palugangsa, Penabuh Gambang dilakukan leh krama turun temurun Sekaa Gambang, untuk mencari wewalungan saat nangun yadnaya dilaksanakan leh krama Juru Boros, yang mendapatkan bukti berupa tanah perdikan desa untuk tegak ayahannya dan krama tidak berani menentang karena takut kepongor kena bisama. Tanah bukti desa, ayahan desa, laba pura , pekarangan desa seluas 80 cutak, di Desa Sibetan sudah tertata sesuai kelompok pelapisan warga seperti Karang Desa untuk Krama Tangkas, Krama Pasek, Ngurah Dauh, Dukuh Segening, Kedisan, Ngurah Sidemen, Pekandel Desa yang juga merupakan elemen untuk menunaikan kewajiban sebagai Petindih Desa, Saing Desa dan Pemangku Dalem.
Dari sisi struktur keprajuruan, Desa Adat Sibetan dipimpin secara eksekutif oleh Bendesa Pasek didampingi Penyarikan Desa dan Juru Raksa Padruwen Desa. Sedangkan untuk Jabatan Jero Berata merupakan jabatan paling berat dan sakral baik saat ngadegang dimana sebelum hari H hasrus mesucian setiap tengah malam di Telaga Tista selama 7 hari, Rumahnya seluruhnya dibuat dari bambu, tidak boleh keluar rumah sembarangan, tidak boleh mepapasan dengan orang meninggal, yang berposisi sebagai pengupasaksi setiap pelaksanaan upacara di Desa Sibetan.
Sedangkan untuk prosesi pemilihan jabatan Jero Kebayan saat Penobatan diupacarai harus melewati prosesi upacara Pengliklik Angus, dimana calon didudus di Punapi Dapur desa sebagai bentuk tes seleksi secara niskala. Jika tidak kuat maka calon akan tidak tahan Medudus.

Tidak ada komentar: