Kamis, 17 Juni 2010

>>Liputan Amlapura


PERTUMBUHAN PESAT, KARANGASEM PERKETAT PENJUALAN SAPI BETINA

Meskipun sudah dilindungi oleh Surat Keputusan (SK) Dirjen Peternakan Departemen Pertanian RI dan Instruksi Gubernur Bali terhadap pelarangan penjualan sapi Bali betina, penjualan sapi Bali makin bergairah. Kondisi ini, tidak serta merta membuat lengah dinas terkait. Pemkab Karangasem melalui Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan (DPKP) Kab. Karangasem, tetap melakukan pengawasan antar pulau ternak sapi Bali secara ekstra ketat. Hal tersebut ditegaskan Kabid Keswan sekaligus Plt Kadis Peternakan Kelautan dan Perikanan Drh I Ketut Artama, M.Si saat dihubungi SR di Amlapura.
 Dikatakannya, untuk memproteksi plasma nutfah sapi Bali yang memiliki keunggulan tersendiri, pemerintah pusat melalui Dirjen peternakan telah melarang penjualan sapi Bali keluar Bali, sehingga khusus untuk  sapi Bali hanya bisa ditemui di Bali. Yang boleh dijual adalah sapi Bali pejantan yang beratnya hingga 350 Kg. Berdasarkan catatan Kabupaten Karangasem menguasai 25% populasi sapi Bali di Bali, sedangkan jumlah penjualannya perbulan sekitar 300 ekor per bulan dari jumlah 75.000 ekor kuota Bali secara nasional, yang diantar pulaukan ke Jakarta. Sejak peringatan pelarangan ditegaskan pemeritah, pertumbuhan sapi Bali Karangasem mengalami peningkatan cukup baik khususya di wilayah Kecamatan Rendang dan Kubu sebagai basis pengembangan ternak sapi Bali.



Bahkan pasca diluncurkannya Kredit Tanpa Agunan (KTA) kerjasama Pemkab Karangasem dengan BPD Bali, sektor usaha tersebut makin bergairah. Jika sebelumnya ada istilah sapi makan sapi, kini sudah mulai dapat diatasi, bahkan ditunjang ketersediaan pakan yang melimpah, pakan penguat dedak dan berbagai jenis pakan lainnya, kondisi ini membuat peternak makin agresif berinvestasi menambah volume usaha dan jumlah ternaknya. Sementara itu, untuk gangguan penyakit ternak sapi, sementara ini peternak masih mewaspadai adaya penyakit Jembrana. Namun selama ini peternak sudah memiliki pengetahuan tentang kesehatan ternak, ditambah adanya ketersediaan pakan yang baik maka kemungkinan kesakitan ternak relatif kecil. Untuk ternak penggemukan saat ini juga mengalami peningkatan signifikan mengingat ketersediaan, pakan cukup melimpah berikut tambahan penguat berupa dedak disamping pakan lokal rumput raja, Jepang, Ketela, Ental dan  Daun waru. Sedangkan  sistim peternakan sistim umbaran seperti NTT, di Karangasem belum memungkinkan. Untuk menjadi menykng obsesi sebagai gudang ternak di Bali, Pemkab Karangasem telah melakukan upaya melalui perjuanagan kepada pemerintah pusat. Seperti pada tahun anggaran 2009 – 2010, dengan usulan  fasilitas kredit dari sumber dana APBN sebesar 10 M rupiah lebih.  Demikian pula dari kredit Ketahanan Pangan dan Energi sekitar 8 milyar denga skema bunga murah sekitar 5% per tahun. Disamping itu untuk pembaharuan bibit agar tidak terjadi imbriding sekaligus menambah kualitas sapi dilakukan program Inseminasi Buatan (IB).  Sementara untuk prgram perluasan lahan dan penyediaan air sebagai kebutuhan vital Dinas Peternaka juga memperleh kucuran dana pusat sebesar 600 juta untuk program pengadaan tanaman pakan ternak dan sekitar 400 juta untuk pengadaan cubang. (yan)

Tidak ada komentar: