Selasa, 21 September 2010

LIPAMS (Liputan Amlapura Sehari)

21 September 2010
 
USABHA GUMANG,
50 JEMPANA TEDUN MEBIASA                                                                                                    

Amlapura - Puncak Usabha Pura Gumang di Desa Adat Bugbug berlangsung 21 September 2010 ditandai sekitar 800 ekor barisan babi guling menuju puncak bukit gumang serta prosesi Mebiasa Ida Betara-Betari Manca Desa dari 4 Desa meliputi Desa Bugbug, Bebandem, Jasri dan Ngis.

Menurut Prajuru Desa Adat Bugbug I Wayan Mas Suyasa, SH (21-9-2010), pelaksanaan upacara Ngusabha Desa pada tahun genap yakni tahun 2010 dilakukan prosesi upacara tingkatan utama, ditandai tedun Ida Ratu Manca Desa, sedangkan jika tahun ganjil hanya dilakukan pengusaban kecil tingkatan nista. Untuk prosesi upakara tahun ini puncak upakara berlangsung di Pura Gumang menjelang senja setelah Ida Ratu dari Manca Desa (Bebandem, Ngis, Jasri dan Pengayengan Betara dari Datah) sudah napak. Terlebih dahulu Ida katuran upakara dilengkapi sarana bebanten suci pebangkit meruntutan sambleh ayam. Setelah itu, Ida Ratu melakukan Ngider Mresawya berlawanan arah jarum jam sebagai pertanda menyeimbangkan alam semesta beserta isinya menuju kerahayuan jagat. Saat prosesi Mebiasa memang pengiring mundut Ida Ratu berlari-larian sesuai ideran, namun selama ini belum pernah terjadi kecelakaan / risiko berbahaya dari pengiring atau benturan pisik yang menimbulkan cidera dikalangan pengiring.
Saat Ida ratu katuran di Pura Gumang itulah dilakukan upacara Mapinton yang dipimpin Jro Mangku Gumang, yang mengandung makna simbolis agar semua pratisentana krama Bugbug dimanapun tetap eling - ingat dan terkait dengan penyungsungannya, serta selalu taat dan ingat kepada Hyang Widhi penguasa alam semesta. Ida Ratu Gede Gumang yang disungsung dan katuran upakara saat Usabha disimbolkan dengan prsesi Mabiasa atau bertemu dengan semeton-semeton Ida, seperti putran Ida dari Bebandem dan putrin Ida dari Ngis, Jasri serta Datah.
Setelah Nyejer sehari di Pura Gumang keesokan harinya melakukan prosesi Mabiasa di Catus Pata Desa, Ida Betara katuran mekenak-kenak matemu wirasa dengan semeton Ida. Dalam hal ini dijelaskan Mas Suyasa, sering diplesetkan dengan sebutan Dewa Mepalu, padahal hanya merupakan momentum pertemuan antara Ida Ratu yang diiringi umat menggunakan Jempana saling bertemu. Biasanya saat itulah terjadi prosesi pertemuan yang unik dimana pengiring melakukankannya dengan penuh semangat dan didorong kekuatan gaib untuk saling Mesuuk/dorong mendorong sehingga seolah terjadi Mepalu padahal tidak demikian, jelas Mas Suyasa lagi. Setelah upacara Mabiasa di Pempatan Agug barulah Ida Ratu Nyejer lagi satu hari, Ida Betara Bandem dan Ngis di stanakan di Bale Panggungan dan Ida Betara dari Jasri Melinggih di Pura Pasuikan, untuk selanjutkan kembali ke masing-masing Desa Adat keesokan harinya.
Menurut Jro Mangku Gumang didampingi Jro Mangku Suti dan Pinandita lainnya, pemargi pengiring Jempana yang seluruhnya berjumlah sekitar 50 buah saat memargi nglunganin ke Bugbug diawali dari Ida Betara dari Bugbug nglunganin pertama ke Pura Luhur Gumang disusul Bertara saking Ngis, Jasri dan Bebandem. Saat Metemu Mabiase kerapkali pengiring, ngiring dengan penuh emosi namun tetap dikendalikan oleh prajuru dan jro mangku agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Tradisi Mapinton yang berlangsung turun-temurun setiap kali pelaksanaan Usabha Gumang diyakini oleh semua krama Bugbug sebagai kesempatan memperoleh berkah keselamatan dan krahayuan terhadap pratisentne. Bagi krama Bugbug yakin terhadap keselamatan anaknya yang sudah Mapinton, jika anak laki maka gulingnya juga kucit muani dan jika anaknya perempuan maka gulingnya juga kucit luane. Mapinton tidak hanya melibatkan krama di Desa Bugbug saja, tetapi juga diyakini krama Bugbug yang sudah kawin keluar, tidak berani tidak melakukan Mapinton terhadap semua anaknya yang ditaati hingga kini. Prosesi upacara Usabha Gumang dari sekitar jam 13.00(Wita) gerombolan krama yang akan Mapinton ke Pura Gumang sudah mulai memenuhi jalanan menuju Pura di Puncak Bukit Gumang sambil membawa guling metegen tumpeng dan bebanten lainnya.



Tidak ada komentar: